Buku Putih Sex - Riri Oh Riri

(Seluruh cerita adalah kisah nyata tanpa ada rekayasa. Nama-nama dan lokasi/tempat sengaja disamarkan/diganti atas alasan privasi)

Riri Oh Riri

Aku kenal Riri kira-kira 11 tahun yang lalu. Kala itu aku baru saja menyelesaikan study-ku dan kembali ke kota asalku. Mengisi waktu luang pra-study sambil berusaha cari kerja yang menarik, aku bersama dengan sahabatku Ricky membuka usaha kecil-kecilan berupa butik pakaian di rumahku. Kebetulan rumah orang tuaku cukup besar dan di pavilion rumah kami membuka usaha tersebut. Niatnya sebenarnya sih iseng-iseng berhadiah yaitu disamping cari tambahan uang jajan, juga syukur-syukur dapat kenalan cewek baru, soalnya mayoritas yang kami jual di butik tersebut adalah pakaian dan aksesoris wanita.

Ricky sendiri sebenarnya bekerja sebagai marketing officer salah satu Bank asing yang terkenal dengan produk kartu kreditnya. Kebetulan Riri adalah teman satu kantor Ricky dan cukup dekat dengan sahabatku ini.

Suatu siang, Ricky yang jam kerjanya lebih banyak diluar daripada di dalam kantor datang bersama dengan teman-teman kantornya (semua cewek) ke butik kami. Anak yang satu ini emang paling jago jual kecap alias promosi. Diantara ke-4 cewek yang diajak Ricky, salah satunya adalah Riri. Riri cukup friendly, maklumlah posisinya sebagai salah satu relation manager Bank tersebut memang membentuk karakternya yang terbuka dan cukup supel. Ia masih mengenakan baju kantoran umumnya pegawai Bank bidang marketing atau sejenisnya; rok sedang kira-kira 3 cm diatas lutut, kemeja kerja warna abu-abu yang menurutku agak terlalu ketat dengan 2 kancing atas dibiarkan terbuka. Secara samar-samar belahan dadanya kadang-kadang terlihat. Karena kemejanya yang agak terlalu ketat tersebut, terkadang bagian dalam dadanya dapat terlihat diantara lubang antara kancing bajunya. Aku bisa melihat sebagian dadanya yang dibungkus bra warna gelap. Ini yang disebut penasaran….

Sambil memilah-milah baju-baju wanita yang digantung dihanger, Riri terus nyerocos a-b-c. Anak ini sangat supel sehingga aku yang baru hari itu kenalan merasa seakan kita udah teman lama. Siang itu Riri membeli 3 kemeja wanita, 1 sabuk pinggang dan 1 sepatu hak tinggi. Semua tanpa tawar (royal juga…..). Hampir saja dia beli satu tas handbag merk mahal kalau saja di butik kami bisa menerima pembayaran dengan credit card. Tapi ia pesan untuk tas tersebut disimpan karena akan ia beli habis bulan. “Pasti non….” Kataku.

Beberapa hari setelah kedatangan Riri ke butik kami, aku janjian dengan Ricky sahabatku untuk ketemuan di salah satu billiard house di kota kami. Acara kayak gini emang rutin buat kami sore hari beberapa kali setiap minggunya. Biasanya ada aja cewek yang ikut kami. Hari itu aku datang sedikit lebih lambat dari Ricky. Aku datang bersama dengan sahabat kami yang lain Iwan dan cewek yang lagi dikejarnya Sindy. Ternyata di Billiard House tersebut udah ada Ricky yang ternyata datang bersama dengan Riri. “ Hai Ton, seger banget hari ini….?” Riri menyapa dengan ceria. “ Ya iyalah, abis mandi….”kataku sambil tersenyum. Riri menepuk bahuku pelan sambil tertawa kecil.

Sore itu permainan 9 balls kami dimainkan bergantian. Beberapa kali Riri mendapat giliran bermain. Meskipun ga terlalu bagus mainnya, Cuma aku selalu memperhatikannya saat sedang main. Riri mengenakan stelan blazer warna crème dengan dalaman tanktop warna coklat yang cukup terbuka. Sesekali saat ia bermain, belahan dadanya yang putih berkilat, entah karena keringat atau mungkin sengaja pakai lotion menyembul dari tanktop ketatnya. Aku berpikir, suatu saat aku mesti bisa mendaratkan kedua tanganku ke payudara cewek satu ini.

Saat sedang tidak giliran main, aku banyak ngobrol ngalor ngidul dengan Riri. Disitu aku tahu kalau Riri ternyata sudah menikah dan punya satu anak usia 8 tahun. Ia kawin saat masih baru kuliah (biasa MBA), dan suaminya adalah pegawai negeri yang bertugas di luar kota. “Yah, bini orang….. Coret deh dari buku putih…”pikirku. Selebihnya kami lebih banyak ngobrol tentang kehidupan gaul di kota dan hal-hal baru yang lagi ngetrend saat ini. Acara sore itu berlanjut dengan karaoke bareng di suatu KTV yang masih satu gedung dengan Billiard House. Di acara ini, beberapa cewek kenalan kami ikut gabung, jadi cukup ramai deh.

Singkat cerita aku dan Riri semakin dekat sebagai teman. Kadang-kadang kami suka sms-an dan terkadang jalan-jalan bareng dengan teman-teman lain. Hingga beberapa bulan setelah itu, Riri meneleponku sore-sore. “Ton, lu lagi sibuk ga?”Tanya Riri. “Biasa aja, emang napa Ri?”tanyaku. “Bisa ketemuan ga Ton? Aku pengen cerita sekalian nanya-nanya…”nada suara Riri agak sedikit tegang. “Boleh aja. Cuma emang lu mo nanya-nanya masalah apaan Ri?”tanyaku penasaran. “Ada deh, ntar gw certain. Panjang ceritanya. Eh, udah dulu ya, gw ada client nih. Ntar kita ketemu di Mal S jam enam-an ya?” kata Riri. “Oke deh, lu mau dijemput atau gimana?” tanyaku lagi.”Ga usah deh, ntar gw minta dianterin supir kantor. Gampang deh. Oke, see you at 6 ya?” Riri mengakhiri percakapan.

Sore itu aku datang duluan ke Mal S. Disalah satu café aku duduk dibagian smoking section café tersebut. Aku udah sms Riri bahwa aku nunggu dia di café ini. Ga begitu lama Riri datang sendirian. Kayanya Riri udah ganti baju atau dia kayanya lagi males ngantor, soalnya Riri tak seperti biasanya, kali ini pakai celana jeans ketat dan kemeja yang dibelinya di butikku. “Udah lama Ton…?”tanyanya sambil langsung duduk di kursi didepanku. “Baru dua hari Ri…” kataku bercanda. Riri tersenyum sambil manggil waitress. Setelah memesan lime squash dan strawberry pancake, Riri membakar sebatang rokok menthol. Aku bertanya padanya,”Emang ada apaan Ri, kayanya lu nyuruh gw datang urgent banget…? Kangen ya….?” Kataku bercanda. Riri tersenyum dan mengernitkan matanya. Lesung pipit di pipinya terlihat saat dia mengernyitkan matanya. Riri menghisap rokoknya dengan dalam dan mulai cerita,”Sebenarnya gw lagi ada masalah Ton. Udah 8 bulan ini sebenarnya gw hamper ga berhubungan sama sekali dengan laki gw.” Ia meghisap kembali rokoknya lalu melanjutkan cerita,”Sebenarnya hubungan kita udah ga gitu baik sejak 2 tahunan lalu deh. Cuma kita masih nyoba mempertahanin karena Aji (anaknya).”

Cerita terhenti sejenak waktu waitress nganterin pesanan Riri.”Belakangan ini situasinya makin gawat Ton. Gw 4 bulan yang lalu sengaja datang ke tempat laki gw dinas. Di rumah kontrakannya taunya ada perempuan lain. Gimana gw ga naik darah……”Katanya melanjutkan ceritanya. “Gilanya lagi, itu cewek malah nyolot keg w, katanya ngapain lo nyari laki orang…?” Riri minum lime squashnya dan kemudian melanjutkan cerita,”Gila deh pokoknya, ternyata itu perempuan udah dikawinin ama laki gw. Terang aja gw ngamuk, gw laporin deh ke kantornya. Sekarang dia kena masalah.” Kata Riri lagi. Ada kesan puas di matanya. Aku menyambung,”Terus hubungannya ama gw apa Ri?” “Gini say, lo kan lulusan hukum. Nah gw mau ngajuin cerai ke laki gw. Kira-kira bisa ga?”kata Riri. Aku tertawa terbahak-bahak,”Gini loh Ri, gw emang anak hukum. Gw juga Pengacara, Cuma bukan pengacara yang boleh praktek alias Pengangguran Banyak Acara.” Riri tersenyum. Tak ada kesan sedih atau kesal sama sekali di raut wajahnya,”Se-enggak-enggaknya kasih gw pandangan kek….”katanya lagi. “Ya udah, gini aja, entar gw hubungin saudara gw yang pengacara beneran biar ntar dia nelepon lo.” Aku menjawab Riri. “Yah, kalo gitu gw juga bisa Ton. Maksud gw tuh jangan yang mahal-mahal gitu. Gw nih calon janda…..”katanya sambil bercanda.” Tenang aja lo, entar gw bilangin biar di-diskon” kataku. Selebihnya kami lebih banyak bercanda dan aku sempat nemenin Riri belanja keperluan wanita.

Beberapa bulan kemudian Riri nelepon aku. Sebelumnya ia jarang nelepon atau sms. Pikirku ia pasti lagi sibuk ngurusi perceraiannya. “Ton, lagi ngapain…?” sapanya di telepon. “Ga ngapa-ngapain. Lu kemana aja Ri ga pernah kedengaran? Udah dapat cowo baru ya?” kataku sambil tertawa. “Cowo apaan? Kering nih Ton, udah lama ga dipelumasin…..Cariin gw cowo dong?”Riri balas bercanda.”Emang lo mau cari cowo yang gimana gitu?” tanyaku.”Cowo yang jelas di KTP-nya lelaki lah, emang gimana lagi….”Riri tertawa.”Maksud gw, lo maunya yang gimana? Trus mau cari cowo yang serius buat pacaran atau Cuma having fun gitu….?”tanyaku mulai memancing.Riri tertawa”Having fun buat nge-sex maksud lo?”katanya. Aku diam saja.”Yah, dua-duanya lah. Kalo mau serius ayo, mau having fun doang juga ayo….”katanya.”Emang kalo ngomongin sex, orientasi lo gimana Ri?”tanyaku semakin memancing.”Orientasi gimana…?”katanya mulai serius.” Yah, maksud gw sexually lo tipenya gimana? Maksud gw apa lo tipe konservatif atau lebih terbuka?”aku menyambung.”Yah terbuka lah…..Emang ada orang nge-sex nggak buka-bukaan…?”Riri kembali bercanda menggoda.”Maksud gw tuh, lo terbuka ama konsep seks yang lebih moderat gitu….Ga sekedar naik tempat tidur, buka baju, ML dan seterusnya….”aku mencoba menerangkan.

”Hmmmm, kalo sekedar kinky sih gw oke-oke aja, asal jangan yang aneh-aneh banget kaya main iket-iketan atau pake acara nyiksa-nyiksa gitu.”Riri menjawab lugas. Dalam hatiku, ini anak kayanya punya pengetahuan seks cukup luas. Ga sekedar seks sehari-hari.”Kalo threesome menurut lo gimana?”tanyaku lagi.”Threesome…..? Gimana ya….?”Riri berhanti sejenak.”Gw kalo sexually orangnya egois sih Ton. Ga suka bagi-bagi ma orang……Hehehehe”Riri menjawab sambil tertawa kecil.”Lha, itukan kalo cewenya yang lebih dari satu kataku, kalo cowonya yang lebih dari satu, terus cewenya lo sendiri gimana…?”aku semakin memnacing Riri.”Hmmmm, sounds tempting, katanya. Bisa dipertimbangkan…..”katanya.”Kaya apa aja lo pake pertimbangan….”kataku. “Kalo cowonya satu elo, gw mau tuh….”Riri menyambung. Aku terdiam sejenak. Ini dia nih, pancingan gw kena…..dalam hati aku berpikir. “Serius lo Ri….?”tanyaku memastikan.”Hahahaha, pikirin aja sendiri…?”katanya lagi sambil tertawa ngakak.”Bener ya, entar gw aturin, lo jangan ngabur ya….?” Kataku.”Siapa takut…?Liat aja entar….”kata Riri menantang. Selanjutnya kami ngobrol tentang kasus perceraiannya yang ternyata udah putus di Pengadilan meskipun suaminya ngajuin banding terkait harta gono-gini.

Beberapa hari kemudian aku ditelepon Riri lagi. Hari itu hari Sabtu siang dan aku baru saja mau mandi dan berencana mau tidur. Malam sebelumnya aku dan teman-teman party di sebuah club di kota ini. Partynya cukup gila-gilaan karena salah satu teman berulang tahun. “Ton, ga kemana-mana malem minggu?” Riri mengawali percakapan.”Belom ada rencana sih. Napa Ri? Mau jalan?”tanyaku.”Iya Ton, lagi bête nih…..Kemana yuk….”ajak Riri.”Anak-anak sih ada rencana mau ke villa gw, biasa mau party. Cuma gw rencananya mau istirahat aja. Tadi malam gw parah soalnya…”kataku. “Gw ikut ya…? Gw nyumbang apaan nih…?”Tanya Riri.”Oke deh. Halah, nyumbang diri aja….”kataku bercanda.”Itu dia yang gw suka….”Riri balas bercanda. “Oke deh, entar jam 8-an gw jemput lo dimana?” kataku. “Ntar gw kabarin deh…”Riri mengakhiri percakapan.

Singkat cerita, aku dan teman-temanku berkumpul di villaku. Villa milik keluarga ini terletak kira-kira satu jam perjalanan dari kota asalku di daerah pegunungan. Di villa ini aku dan teman-teman rutin mengadakan acara party mulai dari sekedar kumpul-kumpul bujangan sambil main PS sampai acara wild party sering kami adakan bersama. Itu sebabnya di villa ini udah kupasangin sound system yang cukup lumayan dan lampu lighting ala diskotik sederhana bikinan temanku. Malam itu kira-kira ada 7 orang teman cowokku diantaranya Ricky dan Iwan. Riri datang bersamaku, rencananya beberapa robongan cewe-cewe teman hang-out kami bakal nyusul. Kira-kira jam 11 malam, acara udah mulai getting hot. Musik disko bergema di ruangan utama lantai 1 villa. Beberapa botol minuman hasil urunan anan-anak tersusun di mini bar villa, dan salah satu temanku yang lulusan sekolah pariwisata di Bandung sibuk meracik minuman dengan gaya bartender beneran. Ditengah ruangan, beberapa temanku sudah berjoged setengah mabuk. Riri sedari tadi duduk sambil minum, kalau kuhitung-hitung mungkin sudah setengah botol Contreau diminumnya sendiri. Aku menarik tangannya sambil berkata,”Joged yuk Ri, biar ga bloon lo…”Riri diam saja saat kutarik.

Aku mulai bergoyang pelan seiring music sementara Riri bergoyang perlahan juga. Rambutnya yang lurus hitam sebahu tersibak menutupi wajahnya yang sedikit menunduk Kedua tangannya diacungkan ke atas sambil terus bergoyang. Semakin lama goyangan Riri semakin wild. Sekarang tubuhnya sudah membelakangi aku sambil terus saja bergoyang. Aku merapatkan tubuhku pada punggungnya dan tanganku memegang pinggulnya. Riri tak protes dengan apa yang kulakukan malahan bisa kurasa ia dengan sengaja menempelkan pantatnya ke bagian kemaluanku. Semakin lama goyangan Riri semakin hot. Aku bisa merasakan pantatnya yang sintal digesek-gesekan pada kemaluanku yang sudah berdiri setiang penuh. Kedua tanganku kulingkarkan disekitar perutnya sementara sesekali Riri menengadahkan kepalanya ke arah leherku dan mencium pelan sesekali. Teman-teman yang lain sudah tenggelam sendiri dengan keasyikan mereka masing-masing. Bau minuman bercampur asap rokok bercampur jadi satu dengan gegap gempita suasana party. Di sudut lain bisa kulihat beberapa teman cewe kami yang baru saja gabung.

Riri menempelkan bibirnya di telingaku dan berkata,”Ton, ngamar yuk….?” Ini dia pikirku. Kutarik tangannya dan kami naik ke lantai 2 villa. Di villa keluargaku ada 8 kamar tidur, 3 di lantai bawah 4 di lantai 2 dan 1 kamar di lantai 3. Sambil memapah Riri naik ke lantai 2, otakku berpikir tentang kira-kira pick-up line apa yang mau kukatakan pada Riri sebelum pertempuran mulai atau langsung hajar saja? Bukannya apa-apa, Riri adalah temanku dan aku ga mau situasi berubah arah jadi ga enak. Belum sampai di kamar, baru di ujung tangga lantai 2, Riri sudah mulai melumat bibirku dengan ganas.Sambil terus membalas lumatan bibirnya, kutuntun dia menuju salah satu kamar di lantai 2. Di kamar, Riri mulai melucuti kaos lengan panjangku dan mulai mempreteli sabuk pinggang dan berlanjut dengan celanaku.

Aku sendiri menanggalkan baju belahan rendah Riri dan mulai menciumi lehernya yang berkeringat. Riri menanggalkan bra-nya dan payudaranya yang bulat terpampang didepan wajahku yang mulai turun menjilati sekitar dadanya. Payudara berukuran sedang (sekitar 34B taksiranku)dibasahi keringat Riri namun harumnya khas percampuran antara harum body lotion, keringat dan bau asap rokok. Aku mulai menghisap puting susu Riri yang warnanya coklat agak gelap. Kedua puting susu itu sudah tegang karena rangsangan yang cukup hebat. Kedua puting susu Riri kuhisap bergantian dan sesekali kugigit pelan. Riri tampak menikmatinya sebab kedua tangannya memegang belakan kepalaku dan menempelkannya di payudaranya. Tak berapa lama, Riri menanggalkan celana jeans hitamnya dan celana dalam semi G-stringnya. Aku bisa merasakan bulu-bulu halus di vaginanya menempel di paha kiriku. Ia mulai menggesek-gesekan vaginanya di pahaku sambil terus menengadahkan kepalanya ke atas menikmati jilatanku di payudara bulatnya.

Aku sendiri sudah telanjang bulat berkat kesigapan Riri melucuti pakaianku. Tangannya mulai memegang penisku yang sudah siaga penuh siap tembak. Tangannya yang sedikit kasar untuk ukuran cewe secantik Riri mulai memainkan penisku. Semakin aku merangsangnya dengan jilatanku di payudara, semakin erat genggamannya pada penisku. Beberapa saat kemudian, Riri mulai menurunkan posisi tubuhnya. Sekarang ia sudah dalam posisi jongkok dengan mulutnya persis di depan penisku. Satu tangannya masih menggenggam penisku sementara tangan yang satu lagi menyibakkan rambutnya yang hitam legam. Perlahan tapi pasti, Riri memasukkan penisku ke mulutnya. Ia mulai menghisap penisku dengan perlahan. Sesekali ia menjilati bagian batang penisku dan terkadang ke arah kedua biah zakarku. Saat ia memasukkan buah zakarku ke mulutnya dan mulai menghisapnya, aku merasakan sensasi yang cukup luar biasa. Riri cukup berpengalaman menurutku dan yang bikin aku tak mengerti adalah, laki-laki bodoh mana yang menyia-nyiakan wanita dengan service kayak begini. Riri mengoral-ku selama kurang lebih 15 menit sementara kedua tanganku kuletakkan di bahu nya dengan sesekali memainkan buah dadanya yang bulat.

Kemudian kami merebahkan tubuh ke tempat tidur.Aku sempat berbisik padanya,”Lo mau dibawah atau diatas Ri?””Gue diatas aja Ton, ntar gantian….”Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur dan Riri sudah duduk diatasku. Kemudian ia sekali lagi menjilati penisku dan sekarang mulai memasukkannya ke dalam vaginanya. Aku cukup terkejut juga dengan kerapatan dari vagina Riri. Ia adalah janda dengan satu anak, tapi vaginanya ga kalah dengan anak gadis.Riri mulai menggoyangkan pantatnya maju-mundur. Mula-mula perlahan-lahan. Kedua tanganku sekarang menggenggam kedua payudaranya. Sesekali kumainkan puting susunya yang tegang. Semakin lama goyangan Riri semakin kencang seakan-akan ingin terus semakin menenggelamkan penisku dalam-dalam ke rahimnya. Riri semakin beringas dengan nafsu seksualnya yang memuncak. Bisa kulihat dia seakan trance dalam gelora seksual yang meledak-ledak. “Ton, dari belakang dong…..Gw pengen doggie…”katanya. “Ayo…” kataku.”Tapi bentar dulu Ton, gw lagi enak….”kata Riri terengah-engah sambil terus memompa vaginanya dalam-dalam melahap penisku. Setelah itu Riri mencabut penisku dari vaginanya dan merangkak ke ujung tempat tidur. Sekarang Riri sudah menungging dengan posisi membelakangiku.

Bisa kulihat bagian bawah bibir vaginanya yang dikelilingi oleh bulu-bulu halus dan lubang anusnya yang agak ke-unguan kontras dengan kulitnya yang putih. Ada sedikit stretch-mark atau garis-garis samar disekitar pinggul bagian belakangnya, maklum udah pernah punya anak. Tapi secara keseluruhan, Riri memiliki tubuh yang cukup bagus untuk ukuran janda. Salah satu tangan Riri menggapai penisku yang licin oleh cairan dari vagina Riri dan mengarahkannya masuk ke vaginanya. Kali ini, si adik bisa masuk dengan lebih gampang karena mungkin vagina Riri sudah berkontraksi dengan sempurna. Aku mulai menggoyangkan pantatku maju-mundur membenamkan penisku ke rahim Riri. Riri tak kalah heboh, dia juga terus mendorong pantatnya semakin ke belakang sehingga penisku semakin dalam masuk kedalam rahimnya. Sesekali aku membuat gerakan setengah lingkaran sehingga penisku menyentuh setiap sudut dinding vagina Riri. Setiap kali aku melakukan itu, Riri mendesah lebih keras. Kira-kira 10 menit kami melakukan doggie, aku mulai lelah. Maklum aku belum tidur dari kemarin dan hari ini masih lanjut party.

Sekarang gantian Riri yang rebahan dan aku diatasnya. Penisku sudah masuk ke vaginanya dan sekarang tubuhku berada diatas tubuh Riri. Aku mulai menggoyangkan pantatku dan sesekali Riri balas menggoyang. Aku menciumi belakang telinga Riri namun kelihatannya ia kurang suka. Geli katanya. Aku mulai menjilati lehernya dan terus turun ke bagian payudaranya. Satu-satu kujilati payudaranya yang bulat mulai dari puting, payudaranya sendiri sampai ke lipatan bagian bawah payudara. Riri memelukku lebih kencang dan terasa ia semakin mendorong vaginanya lebih kuat agar penisku masuk lebih dalam. Tiba-tiba aku mulai merasa memuncak. Bagian bawah perutku mulai merasakan ada dorongan yang mau keluar dan seluruh bulu kudukku mulai berdiri. Aku membisikkan ke telinga Riri,”Ri, gw mau keluar ya?””Keluarin di dalem aja Ton, gw pake spiral kok…”2 detik kemudian, aku ejakulasi. Rasanya nikmat sekali sampai aku lemas banget. Pada saat aku ejakulasi, Riri semakin erat memeluk aku dan semakin mendorong vaginanya lebih kuat lagi. Pergumulan kami berakhir kira-kira setengah jam permainan.

Kami berdua diam sejenak. Kira-kira 5 menit setelah aku ejakulasi, aku berdiri dan mengambil rokok di saku celanaku. Kutawarkan sebatang pada Riri, dan dia tak menolak. Kami merokok tanpa bicara satu sama lain. Aku agak kikuk juga.

Aku berusaha memulai percakapan,”Lo keluar (orgasme) ga Ri….?”Riri hanya tersenyum mengangguk pelan. Tapi dari gayanya aku bisa melihat kalo selama setengah jam bertempur dia belum mencapai puncaknya. “Belom ya Ri….? Halah, ama gw mah nyantai aja Ri, ga usah pake ga enak hati segala….” Riri tersenyum. “Jujur…?”tanyanya sekali lagi. “Iya…” Riri kemudian menjawab,”Belom sih Ton, tadi hampir, Cuma lo keburu keluar……Tapi ga papa kok….””Yah, lo ga bilang sih tadi, kan bisa gw tahan….”kataku dengan perasaan bersalah. “Nyantai aja Ton, masa pake acara nahan-nahan segala. Emang apaan….” Riri menjawab dengan tersenyum.”Sory Ri, gw bener-bener kecapean hari ini. Lo tau gw kemaren abis party terus sekarang lanjut lagi. Mesin aja ada turun mesinnya Ri, apalagi manusia….”kataku beralasan.”Hahahaha, nyantai aja Ton. Ga papa kok, lagian emang gw lagi birahi banget. Lo tau udah berapa bulan ga dapat jatah. Sekali dapat ya abis-abisan deh….”kata Riri tertawa. “Kalo masih kurang, tuh dibawah banyak lelaki Ri. Jatah lo malah dobel-dobel kalo mau….”kataku bercanda.”Becanda lo…..Bisa rontok gw….”Riri menjawab.”Tapi asyik juga kali ya nyambung lagi……”Riri berhenti sejenak.”Ngaco ah….”katanya lagi sambil mematikan rokoknya. Riri kemudian merapatkan tubuhnya yang masih telanjang ke tubuhku. Kami setengah duduk dan tangannya memainkan penisku yang sekarang menciut kecapean. “Itu dia enaknya laki-laki Ri, kalo ada lebih dari satu cewe di satu ruangan pada horny, udah pasti deh kita gilirin satu-satu….”kataku sambil tertawa.”Emang cewe ga bisa gitu Ton…..”Riri membalas.”Itu mah tergantung sikon aja Ri…..”kataku lagi. “Gitu ya….”kata Riri sambil nyengir.

Tak berapa lama Riri bangkit dari tempat tidur, “Ton gw haus pengen minum. Di lantai 2 ada kulkas ga….?”katanya.”Yang ada dispenser Ri di deket ruang keluarga situ. Lo mau gw ambilin di bawah? Mau minum apa lo?”tanyaku.”Halah, ga usah deh. Gw aja ngambil sendiri. Eh, ada kimono atau kemeja gede ga Ton? Gw males ribet pake baju lagi….”katanya. “Ada tuh di lemari kimono boleh ngembat dari hotel. Pake aja…”jawabku. Riri membuka lemari dan mencari kimono di dalamnya. Ia memakai kimono putih bahan handuk yang kuambil dari hotel biasa nginap dan keluar kamar. Aku menyalakan sebatang rokok lagi sambil menghayal yang terjadi barusan. “Gila, ganas juga ni anak. Kaya orang kelaparan aja nafsunya….”dalam hati aku berkata.

Rokokku sudah hampir habis dan kira-kira sudah hampir 10 menit Riri meninggalkan kamar. Tapi kok dia belom kembali lagi? Apa dia nyasar atau kenapa-kenapa lagi. Aku menarik selembar handuk didekat pintu kamar mandi dan keluar dari kamar. Aku menuju dispenser yang letaknya di dekat ruang keluarga lantai 2. Di ruang keluarga lantai 2 ada TV besar dan di depannya ada sofa besar.Disana aku melihat Riri duduk dengan posisi membelakangiku dan dibawahnya ada seseorang. Aku tak bisa melihat siapa yang diduduki oleh Riri karena terhalang tubuh Riri yang masih mengenakan kimono putih. Aku sedikit mendekat dan ternyata Riri duduk diatas Ricky sahabatku. Mereka kelihatan tak mengetahui aku ada disitu, perlahan aku semakin mendekat. Gila, ternyata Riri sedang having sex lagi dengan Ricky.

Bisa kulihat Ricky bertelanjang dada, namun celananya masih belum seutuhnya ditanggalkan. Sementara Riri kelihatannya masih mengenakan kimono tanpa selembar benangpun dibalik kimononya. Tiba-tiba saja penisku bangun kembali dengan tegak. Sekarang Riri membuktikan omongannya kalau cewe juga bisa menggilir cowo. Aku mendekat ke mereka dan dari belakang kupeluk Riri. Ternyata bagian depan kimononya sudah sepenuhnya terbuka sebab tanganku persis memeluk kedua payudaranya. Riri agak terkejut demikian juga Ricky, namun dengan cepat aku memaikan mata pada Ricky, dan sebagai sahabat bertualang sex, dia udah ngerti maksud kerdipan mataku. Riri mulanya agak terkejut, namun setelah menoleh ke belakang dan melihat bahwa aku yang memeluknya, ia malah menarik bagian belakang leherku dan menciuminya. Kemudian dia berkata di telingaku dengan pelan”Katanya lo mau ngajak gw threesome….. Nunggu apa lagi mas….?” Sambil mendesah ia tersenyum.

Aku menanggalkan handuk yang menutupi bagian bawahku dan mengarahkan penisku ke mulut Riri. Sementara Ricky melanjutkan goyangannya sambil kedua tangannya meremas kedua payudara Riri, Riri mulai melumat penisku. Ia semakin terlihat bernafsu dan terkadang menghisap penisku dengan cukup kuat. Sakit juga. Tak berapa lama Riri bangkit dan berkata sambil berdesah, “Ganti posisi dong….” Sekarang Ricky yang bangkit dan aku rebahan di sofa. Ricky menanggalkan celananya sementara Riri sekarang memasukkan penisku ke vaginanya. Kali ini vaginanya terasa lebih longgar. Riri mulai menggoyangkan pantatnya maju-mundur membenamkan penisku sementara Ricky berdiri disamping Riri sambil handjob sendiri. Kedua tangan Riri bertopang didadaku sambil pantatnya terus bergoyang. Kedua payudara bulatnya ikut bergoyang-goyang seiring goyangan tubuhnya. Keringat membasahi seluruh tubuhnya. Ricky kemudian mengarahkan penisnya kedekat wajah Riri dan tangannya mengalihkan wajah Riri ke depan penisnya. Riri segera melumat penis Ricky.

Tak berapa lama desahan Riri semakin kuat dan setengah berteriak dia menggenggam lenganku. Sepertinya ia orgasme. Tapi tetap saja ia bergoyang namun sedikit lebih pelan sekarang. Iseng aku berbisik padanya,”Mau nambah jatah lagi ga Ri….?”kataku sambil nyengir.”Nambah peserta maksud lo….?”katanya.”Iya, tuh dibawah masyarakat banyak….”kataku.”Kalo yang ga kenal gw ga mau ah Ton, gila aja lo….”katanya. “Iwan kan lo kenal….?”kataku lagi. Ricky masih sibuk meremas payudara Riri dang a menghiraukan percakapanku dengan Riri. “Gimana ya….?”kata Riri berhenti sejenak.”Dianya mau ga….?”sambungnya kemudian.”Namanya kucing ga ada yang nolak ikan Ri, kecuali lagi diet…”kataku.”Ya udah deh….”katanya singkat.”Ya udah, sekarang pindah ke kamar aja ama Ricky, biar gw ke bawah manggil Iwan.”Akupun melepaskan penisku dari dalam vagina Riri dan beranjak ke kamar mencari celana pendek. Kemudian aku turun.

Ga perlu bersusah-susah mengajak Iwan naik ke atas, disamping kondisinya yang udah lumayan mabuk, Iwan ini juga sebangsa kucing lapar yang ga bakalan nolak ikan. Istilah kami, ikan teri aja diembat ama dia, apalagi kakap. Kami naik ke lantai 2 dan masuk ke kamar tempat aku tadi ML dengan Riri. Di dalam ternyata Ricky sedang doggie dengan Riri. Aku melepaskan celana pendekku dan duduk disamping Riri sambil mulai meremas kedua payudaranya. Iwan terlihat agak kikuk Cuma aku member kode padanya untuk tidak ragu-ragu. Iwan berjalan ke posisi dimana sekarang ia berada di depan Riri. Riri tampak menoleh sebentar kea rah Iwan dan tersenyum sambil mendesah karena digoyang Ricky dari belakang. Iwan segera melepas celana dan bajunya dan merangkak naik ke atas tempat tidur. Penisnya disodorkan ke mulut Riri dan tanpa ragu Riri kembali melumat penis ke-3 dalam 2 jam terakhir ini.

Tak berapa lama Ricky mencopot penisnya dari vagina Riri dengan agak terburu-buru. Tampaknya sahabatku ini akan segera ejakulasi. Iwan menggantikan posisi Ricky dan memasukkan penisnya ke vagina Riri dari belakang. Iwan masih mengenakan baju T-Shirtnya. Ricky pindah kedepan dan tangannya melakukan handjob ke penisnya sendiri. Tak berapa lama Ricky ejakulasi dan menumpahkan spermanya ke atas bagian samping punggung Riri, sedikit diatas poinggulnya. Tangan kiriku terkena muncratan sperma Ricky. Beberapa detik setelah itu, Riri kembali mendesah keras dan tampaknya kembali orgasme. Goyangan Iwan juga semakin kencang saat Riri akan orgasme. Beberapa saat kemudian Iwan mencabut penisnya dan Riri segera merebahkan dirinya terlentang di tempat tidur. Tampak ia kelelahan menghadapi 3 lawan sekaligus. Iwan lari ke kamar mandi dan tampaknya membuang spermanya di kamar mandi. Tak ada satupun dari temanku ini yang tahu kalau Riri pakai spiral. Aku tersenyum ke Riri dan Riri berkata,”Ayo dong Ton, masukin lagi. Lo kan belom keluar lagi…..””Masih kuat ga lo…?”tanyaku.”Udah deh, jangan banyak tanya….”jawabnya sambil menarikku keatasnya. Lalu kumasukkan penisku kedalam vagina Riri yang terasa semakin longgar. Riri mendesah saat penisku mendarat di vaginanya dan segera dia bergoyang. Kira-kira 5 menit kemudian, akupun ejakulasi kedua kalinya malam itu dan langsung roboh disamping Riri. Ricky sekarang ikut rebahan disamping Riri sementara Iwan tampaknya langsung cuci-cuci di kamar mandi dan kemungkinan jackpot alias muntah karena kebanyakan minum dan goyang mala mini.

Malam itu benar-benar malam yang liar buat kami berempat dan terutama Riri. Keesokan paginya (siang sebenarnya) Riri bangun lebih dulu dari aku dan Ricky sementara Iwan tidur di sofa ruang keluarga. Seperti biasa Riri tampak ceria dan supel seperti Riri yang biasa. Bahkan dia yang bikini kopi buat kami bertiga sementara anak-anak yang lain dibawah masih terkapar dimana-mana. Sebagian sepertinya juga ML dengan cewe-cewe yang datang tadi malam.

Hingga saat ini, aku dan Riri masih berteman dan beberapa kali kami masih melakukan fun sex bersama. Riri oh Riri……

__________________
Tamat

1 komentar:

  1. Anonim Says:

    Butuh Bandar Online terpercaya ?
    Yuk join aja menjadi member Di TogelPelangi

    Menyediakan permainan ;
    Togel
    Live dd48red blue

    serta memberikan prediksi terakurat

    DISKON Pemasangan :
    4D ; 66%
    3D : 59%
    2D : 29%

    Support 4 Bank terbaik :
    BCA
    MANDIRI
    BNI
    BRI

    Hot Promosi Jackpot Super Lucky
    Promo New Member
    Komisi Referal 1%

    Daftar sekarang bos : www.togelpelangi.com/daftar

    Info dan contact :

    BBM D8E23B5C
    LINE togelpelangi
    No telp.dan W.a +85581569708

    Posted on 24 November 2017 pukul 06.00